Whoops, your device has lost connection and the web page is offline. Please the page to reconnect.

Art Review: Harijadi Sumadidjaja - Upacara Bali, 1977

  • Jun 24, 2022

Harijadi Sumadidjaja merupakan salah satu maestro seni rupa Indonesia kelahiran Kutoarjo tahun 1921. Kiprahnya dalam seni rupa membuatnya bergabung dengan Seniman Masjarakat pada tahun 1946 bersama dengan Hendra Gunawan, Rusli dan Affandi. Pada tahun 1965 Harijadi mendapatkan kepercayaan dari Presiden Soekarno untuk melakukan penelitian tentang museum ke Meksiko.

Harijadi Sumadidjaja merupakan seorang pelukis realis yang menjunjung paham kerakyatan. Hasil karya seninya sering kali menggambarkan pikiran rakyat yang dapat dinikmati dengan nyata dimata masyarakat. Hingga akhirnya paham kerakyatan yang sudah diajarkan oleh Presiden Soekarno membatasi Harijadi dalam berkarya pada masa orde baru.

Lukisan ini berjudul Upacara Bali yang dibuat pada tahun 1977 diatas kanvas berukuran 84 x 122 cm dengan cat minyak. Secara keseluruhan lukisan ini adalah pemandangan alam yang memperlihatkan masyarakat Bali yang berjalan di pinggir pantai untuk melakukan tradisi adat yaitu upacara melasti.

Upacara melasti merupakan upacara pensucian diri untuk menyambut hari raya Nyepi oleh seluruh umat Hindu di Bali. Upacara Melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau, dan laut dianggap sebagai air kehidupan (tirta amerta). Sehingga masyarakat Bali biasanya melaksanakan Upacara Melasti di pinggir pantai sebagai syarat yang bertujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut.

Harijadi dalam melukis Upacara Bali menggunakan perspektif diagonal sehingga lukisan memiliki tiga bagian agar memiliki pemandangan yang lebih indah. Pada bagian depan terdapat bebatuan koral besar sebagai struktur alam yang natural dengan warna hitam yang sesuai dengan batu koral sungguhan. Lalu ada dua orang laki-laki sedang duduk yang menyaksikan upacara tersebut dan perahu-perahu di belakangnya sebagai pemandangan pinggir pantai pada umumnya yang didominasi oleh masyarakat dengan profesi nelayan.

Pada bagian tengah sebagai pusat dari lukisan ini terdapat masyarakat bali yang sedang berjalan dengan pakaian adat berwarna warni, sambil membawa persembahan sebagai bentuk dari rasa syukur atas setiap berkat yang telah mereka dapatkan kepada para leluhur. Masyarakat yang melaksanakan upacara digambarkan dengan sangat ramai dan teratur serta suasana yang hangat terjalin diantara mereka.

Pada Bagian belakang yang menjadi latar dari lukisan ini yaitu laut dengan ombak di pantai dan jauh di belakangnya terdapat salah satu gunung berapi yang aktif di Bali, dengan bukit-bukit yang menutupinya serta langit cerah yang berawan.

Dengan gaya realisnya Harijadi menggambarkan pemandangan tradisi bali yang unik karena upacara bali seperti ini hanya ada satu kali dalam setahun. Pemilihan warna di setiap objek lukisan juga amat menarik, dengan warna merah, putih, kuning, hijau dan biru tua pada laut membuat lukisan ini sangat natural sesuai dengan kondisi aslinya.

Pemandangan lukisan Upacara Bali menunjukan nilai religius yang tinggi serta aspek kebudayaan tradisional yang tetap dijaga dari para leluhur sebelumnya hingga saat ini. Pemandangan seperti ini juga masih dapat kita temukan sampai saat ini, menunjukan bahwa masyarakat bali terus menjunjung tinggi nilai budaya.

Karya Harijadi bertajuk Upacara Bali ini masih dalam kondisi yang sangat baik dan akan menjadi incaran dari beberapa kolektor yang memahami perkembangan seni rupa Indonesia. Bahkan, bisa dikatakan bahwa karya ini merupakan salah satu karya yang sangat sulit untuk dapat ditemukan di kalangan pecinta seni rupa.