BID NOW : Southeast Asian, Chinese, Modern...

Art Review: DULLAH, Odalan, ca.1983/1984

  • Sep 19, 2022

Dullah merupakan salah satu maestro yang senang melukis secara on the spot, menurut beliau dengan cara ini pelukis bisa lebih menjiwai subjek dan objeknya. Setiap karyanya Dullah bukan hanya menunjukan bentuk, warna dan proporsi yang perfect tapi juga menunjukan jiwanya.

Dullah merupakan perupa pertama yang dipilih dipercayai oleh Presiden Soekarno untuk menjadi kurator istana negara. Setelah 10 tahun bekerja sebagai kurator istana beliau memilih untuk balik ke Surakarta dimana beliau menjadi pendiri Himpunan Budaya Surakarta (HBS).

Selain pendiri beliau juga di angkat menjadi ketua untuk bidang seni rupa, di bawah pimpinan beliau  HBS berkembang dengan menambah lebih dari 100 anggota. Hal tersebut dikarenakan gaya mengajar beliau yang telaten, sistematis, dan sekaligus konservatif, mengambil kutipan dari salah satu murid nya Kok Poo.

“Pak Dullah melukis dengan ringan dan asik, Sebagian besar muridnya merasa tergiring untuk mengikutinya, dan yang mau mengikuti jejaknya, ya tentu tak pernah dilarang”.

Tidak jarang juga Dullah membawa murid-muridnya untuk menyeket bersama. Namun pada karya berikut ini adalah momen langka dimana karya ini dibuat bersama-sama dengan murid-muridnya.

Karya ini menggambarkan festival Odalan yang sering ditemui di Bali. Festival ini merupakan salah satu festival terbesar dalam agama Hindu yang merayakan lahirnya sebuah Pura. Karya ini menggambarkan upacara tersebut yang diadakan pada Pura, Penataran Sasih, yang terletak di di desa Pejeng, gianyar Bali karya ini dibuat sekitar tahun 1980 / 1981.

Suasana kemeriahan dan kemegahan festival ini ditangkap oleh Dullah secara sempurna. Melihat dari depan ke belakang detail-detail dari upacara ini tidak ada yang terlewatkan.

Di mulai dari pakaian adat yang digunakan para wanita digambarkan menggunakan kebaya bali dengan berbagai warna dari warna kuning, hijau, hingga ungu. Dengan menggunakan kain-kain dengan motif batik yang digambarkan secara detail dan tidak lupa selendang dengan berbagai warna dari merah, pink,dan hijau.

Demikian pula dengan para pria dari ujung kepala hingga kaki di gambarkan secara detail, di mulai dari kepala menggunakan udeng kepala, yang hanya digunakan pada upacara adat. Para pria menggunakan baju safari yaitu kemeja lengan pendek berwarna putih yang melambangkan kesucian dan kesopanan lalu di lengkapi dengan kain kamen pada bagian bawah.

Jika para wanita menggunakan kain kamen bermotif batik para pria menggunakan kain kamen dengan motif persegi atau kotak- kotak dalam karya ini digambarkan dengan menggunakan warna kuning dan biru.

Tujuan upacara ini adalah untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan sejahtera, sehingga pengarakan membawa persembahan dilakukan secara beramai-ramai. Dalam karya ini persembahan buah-buahan yang tinggi dibawa oleh dua wanita di paling depan dan persembahan lainnya mengikuti digambarkan hingga ke belakang karya.

Di sekitar nya umbul-umbul yang megah dari ukuran dan warna mengiringi. Suasana harmonis juga ditunjukkan melalui berbagai usia mengikuti upacara ini dari anak- anak, orang muda hingga orang tua.

Saat membuat ini karya ini Dullah dibantu oleh murid-murid nya untuk membawa alat-alat untuk melukis tidak heran melihat dari segala sisi hampir semua spektrum warna ditemukan. Dari warna kuning, hijau, putih, merah, pink, coklat, biru, hingga hitam.