Siapa sih yang tidak kenal dengan Hendra Gunawan? Seorang maestro asal Bandung yang namanya sudah mendunia. Karya dari salah satu Maestro Seni Rupa ini sudah sangat populer di kalangan kolektor seni dan selalu masuk dalam daftar karya seni yang wajib dikoleksi oleh para kolektor di seluruh penjuru dunia.
Pengaruh Hendra Gunawan dalam perkembangan dunia seni rupa di Indonesia sangatlah besar. Dunia keseniannya diawali dengan mengasah kemampuan melukisnya dibawah bimbingan pelukis ternama Wahdi Sumanta dan Abdullah Suriosubroto. Kemudian Hendra membentuk kelompok seni Lima Serangkai bersama dengan Affandi, Sudarso, Barli Sasmitawinata, dan Wahdi Sumanta.
Pada masa penjajahan Jepang, Hendra Gunawan merupakan salah satu seniman yang aktif dalam mengorganisir kegiatan seni dalam PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) dibawah pimpinan Tiga serangkai yaitu Soekarno, Moh. Hatta dan K.H. Mas Mansyur.
Ketika pecahnya revolusi kemerdekaan, Hendra ikut berjuang langsung dalam upaya memerdekakan Indonesia. Dari sini banyak karya seni yang menggambarkan keadaan semangat juang dari para pahlawan kemerdekaan, salah satunya adalah karya berjudul “Sang Gerilya”. Karya ini diperkirakan dibuat pada saat era pre-war atau sekitar tahun 1940-an.
Hal tersebut terlihat dari objek dan penggunaan warna. Objek utama pada lukisan ini adalah dua sosok pejuang dengan senjata ditangan mereka dengan tatapan mata yang tajam, mengamati setiap pergerakan disekitar mereka.
Karya ini memiliki warna natural yang dominan yaitu warna coklat dan hijau dan itu bukan suatu kebetulan, warna tersebut menunjukan suasana hutan yang pada saat itu perang dengan taktik gerilya dilakukan. Goresan yang halus namun tegas yang dapat terlihat pada motif kain sudah terlihat yang merupakan ciri khas Hendra Gunawan.
Karya Hendra Gunawan selanjutnya dengan judul “Penjual Pisang” yang juga dibuat tidak jauh dari karya yang sebelumnya hal ini terlihat dari tone warna yang digunakan pada karya ini juga masih dominan berwarna coklat. Jika pada karya sebelumnya kita diperlihatkan momen perjuangan sebelum kemerdekaan, pada karya ini menggambarkan suasana post-war masyarakat indonesia yang tidak jauh dari setelah kemerdekaan.
Pada karya ini di gambarkan empat wanita dengan mimik wajah dan busana yang berbeda, begitu pula dengan interaksinya. Ketika melihat karya ini pusat perhatian kita langsung tertuju pada bagian tengah lukisan lebih tepatnya kepada dua wanita yang digambarkan di tengah karya ini.
Terdapat seorang ibu menggendong anaknya dengan tangan kanan membawa petai. Melihat ke bawah sedikit dapat terlihat seorang wanita dengan posisi duduk bersila sambil memegang pisang ditangan kirinya. Wanita ini digambarkan menggunakan baju dan selendang yang dikenakan dari bahu ke bahu dengan motif batik yang digambarkan secara detail.
Kedua figur Wanita ini menunjukan keadaan masyarakat pada masa itu dimana hasil bumi menjadi salah satu komoditas utama dalam kegiatan transaksi dimasyarakat.
Cirik has sapuan tipis Hendra Gunawan dapat kita lihat di berbagai tempat, dimulai dari atas, dapat dilihat motif pada bagian rok dilukiskan secara tipis dengan menumpukan warna lain di atas background, demikian pula dengan kancing baju, motif batik pada rok ibu mengedong anak, dan juga pada petai.
Kedua karya Hendra Gunawan ini memiliki nilai sejarah tinggi, selain menunjukan sejarah indonesia tetapi juga sebagai sejarah penting perjalanan dan perkembangan Hendra sebagai pelukis. Dengan ukuran 198 x 90cm merupakan ukuran yang relatif besar pada era 1940-1960, ditambah dengan karya tema perjuangan sangat sulit ditemukan kembali di pasaran seni rupa saat ini, sehingga kedua karya ini patut untuk di koleksi.